Minggu, Juni 05, 2011

MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR

MEDIA PEMBELAJARAN DAN
SUMBER BELAJAR
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2008
KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK
03 – B7
PENGAWAS SEKOLAH
PENDIDIKAN MENENGAH
PENGAWAS SEKOLAH
PENDIDIKAN MENENGAH
i
KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifikasi
dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan persyaratan
akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas sekolah.
Standar kompetensi menjelaskan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok,
fungsi, dan tanggung jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah
yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c)
kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kompetensi
penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil
uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah
masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan kompetensi penelitian dan
pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan kompetensi
pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan, terlebih lagi
bagi para calon pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar
dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilakanakan.
Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri
atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan
terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.
Jakarta, Juni 2008
Direktur Tenaga Kependidikan
Ditjen PMPTK
Surya Dharma, MPA., Ph.D

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka paradigma pendidikan juga mengalami pergeseran,
khususnya mengenai eksistensi guru di dalam interaksi belajar mengajar. Pada
masa awal di mana penerbitan, media masa dan teknologi belum berkembang,
kedudukan guru sangat vital, karena belum banyak informasi atau sumber
belajar lain yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Guru menjadi satu-satunya
sumber informasi/ilmu.
Dewasa ini dengan perkembangan media cetak, media elektronik serta
teknologi informasi dan komunikasi sumber belajar atau sumber informasi
tersedia sangat melimpah. Setiap peserta didik dapat mengakses berbagai informasi
yang terkait dengan materi pembelajaran di sekolah dari berbnagai
media yang ada dengan sangat mudah. Posisi guru pun tidak lagi menjadi satu-
satunya sumber belajar.
Dalam posisi demikian, maka guru harus mampu memerankan diri sebagai
fasilitator bagi siswa, khususnya dalam pemanfaatan berbagai sumber
belajar baik yang tersedia di sekolah maupun di luar sekolah. Guru harus memiliki
wawasan pengetahuan yang luas, mengenal teknologi, dan kreatif memanfaatkan
situasi lingkuangan alam maupun sosial untuk dijadikan sebagai
sumber belajar, disamping bahan-bahan pustaka.
Pengawas sebagai Pembina guru tentu harus lebih mumpuni dalam hal
ini, baik dari segi filosofi, konsep maupun aplikasi. Oleh karena itu materi ini
sengaja dirancang untuk membekali pengawas dalam melakukan supervisi
akademik, khususnya tentang sumber belajar.

B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini
adalah dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai
Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat membim2
bing guru dalam mendapatkan dan memanfaatkan sumber belajar dan fasilitas
pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah.

D. Indikator Pencapaian
Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini, pengawas diharapkan dapat:
1. Memahami ragam sumber belajar.

2. Memahami pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di sekolah
3. Memahami pemanfaatan sumber belajar di luar sekolah, baik berupa lingkungan,
lembaga, personal, dan sebagainya.
4. Membimbing guru dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar baik yang
tersedia di sekolah maupun di luar sekolah.

E. Alokasi Waktu

No. Materi Diklat Alokasi
1. Hakikat sumber belajar dan ragamnya 2 jam
2. Sumber-sumber belajar yang biasa tersedia di sekolah 2 jam
3. Sumber-sumber belajar yang tersedia di luar sekolah 3 jam

F. Skenario Pelatihan
1. Perkenalan
2. Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario
pendidikan dan pelatihan sumber belajar dan pemanfaatannya.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan sumber belajar dan pemanfaatannya
melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan
kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan,
dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan sumber belajar dan pemanfaatannya.
c. Praktik/Simulasi penyusunan langkah-langkah pembinaan/supervisi
3
guru dalam pendayagunaan sumber-sumber belajar di dalam dan di
luar sekolah.
6. Post test.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pelatihan
sumber belajar dan pemanfaatannya.
8. Penutup


BAB II
MEDIA PEMBELAJARAN

A. Makna Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar.
Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (dalam Instructional Media,
1990) diungkapkan bahwa media ”is a channel of communication. Derived
from the latin word for “between”, the term refers “to anything that carries
information between a source and a receiver.
Dari pendapat di atas, dapat dikembangkan beberapa pemahaman tentang
posisi media serta peran dan kontribusinya dalam kegiatan pembelajaran
ataupun kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat). Beberapa pemahaman itu
antara lain:

1) Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan atau pun penyalurnya
ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
2) Aplikasi media pembelajaran berpijak pada kaidah ilmu komunikasi, yang
antara lain “who says what in which Channels to whom in what effect”
a) Who, siapa yang menyatakan? (guru, widyaiswara, pengirim pesan).
b) What, pesan atau ide/gagasan apa yang disampaikan (dalam kegiatan
pembelajaran ini berarti bahan ajar atau materi yang akan disampaikan).
c) Which Channels, dengan saluran apa, media saluran apa, media atau
sarana apa, pesan itu ingin disampaikan.
d) To Whom, kepada siapa (sasaran, siswa, peserta didik)
e) What effect, dengan hasil atau dampak apa?
Dari unsur-unsur di atas, tampaknya yang menjadi target atau tujuan dari
suatu kegiatan pembelajaran adalah dampak atau hasil yang ingin dicapai
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam kajian kependidikan, istilah itu
dikenal dengan “meaningful learning experience”, yaitu suatu pengalaman
belajar yang bermakna sebagai hasil dari suatu kegiatan pembelajaran.
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru berperan
sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang
dikirimkan oleh guru berupa isi/ ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun nonverbal.

Proses 5 ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh
siswa dinamakan decoding. Namun bagaimanakah bentuk dan wujud dari media
atau perantara ini, hal tersebut harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik
materi yang akan disampaikan serta kemampuan guru tentang pengetahuannya
mengenai media. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran maka
hal yang harus diperhatikan ketika penyampaian materi/informasi berlangsung
adalah keluasan, kedalaman dari materi pelajaran, selain itu juga waktu yang
diperlukan untuk mengajarkan materi tersebut, dan kondisi yang tersedia di
sekolah, sehingga media menjadi efektif digunakan dalam proses pembelajaran.
Selain sebagai perantara dalam interaksi belajar mengajar, media pembelajaran
memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang efektif.
Proses belajar mengajar seringkali ditandai dengan adanya unsur tujuan,
bahan, metode, dan alat, serta evaluasi. Keempat unsur tersebut saling berinteraksi
dan berinterelasi. Metode dan media merupakan unsur yang tidak dapat
dipisahkan dari unsur pembelajaran yang lain. Metode dan alat, yang dalam
hal ini adalah media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan materi
pelajaran agar sampai kepada tujuan.
Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu siswa supaya
terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan
siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi
pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.
Penggunaan media dalam pembelajaran didasarkan pada konsep bahwa
belajar dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain: dengan mengalami
secara langsung (melakukan dan berbuat), dengan mengamati orang lain, dan
dengan membaca serta mendengar.

1. Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar
dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan
dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi.
Jika kembali kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional
dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor,
6
maka posisi media jika diilustrasikan dan disejajarkan dengan proses komunikasi
yang terjadi. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan posisi dari
media dalam suatu proses yang bisa dikatakan sebagai proses komunikasi
dalam pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat tingkatan proses aktivitas yang
melibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu:
a. Tingkat pengolahan Informasi
b. Tingkat penyampaian informasi
c. Tingkat penerimaan informasi
d. Tingkat pengolahan informasi
e. Tingkat respon dari peserta didik
f. Tingkat diagnosis dari pengajar
g. Tingkat penilaian
h. Tingkat penyampaian hasil.

Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran
media terutama dari kedudukan dan fungsinya. Secara umum media mempunyai
kegunaan:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan
persepsi yang sama.
Peranan media dalam proses pengajaran sebagai:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan
pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan
verbal mengenai bahan pengajaran.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih

KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN
SALURAN/MEDIA
7
lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat
menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar
siswa.
c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan
yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok.
Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan
oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan. Sebagai contoh media audio, merupakan media auditif mengajarkan
topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan
(pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong
tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi
ketidaktepatan dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan
media audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber
yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan
alat yang sama pula.
Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik. Penggunaan
media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar.
Selain itu media juga harus merangsang pebelajar mengingat apa yang sudah
dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga
akan mengaktifkan pebelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan
juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media, antara
lain biaya, ketersediaan fasilitas pendukung, kecocokan dengan ukuran kelas,
keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh
yang ditimbulkan, kerumitan, dan kegunaan.
2. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media antara lain:
a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih
atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan
8
media agar lebih mudah dipahami siswa.
c. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
d. Keterampilan guru menggunakannya, artinya secanggih apapun sebuah
media apabila tidak tahu cara menggunakanya maka media tersebut tidak
memiliki arti apa-apa.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siwa selama pengajaran berlangsung.
f. Memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga
makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Banyak cara diungkapkan untuk mengindentifikasi media serta mengklasifikasikan
karakterisktik fisik, sifat, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut
kontrol pada pemakai. Namun demikian, secara umum media bercirikan
tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets, ada
7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:
a. Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film televisi.
b. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, dsb.
c. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
d. Media visual bergerak, seperti: film bisu.
e. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
f. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
g. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Secara sederhana kehadiran media dalam suatu kegiatan pembelajaran
memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
para siswa.
2) Media yang disajikan dapat melampaui batasan ruang kelas.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya.
4) Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan siswa.
9
5) Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan
konsep dasar yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.
6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik
untuk belajar.
8) Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh dari
yang kongkrit ke yang abstrak, dari seserhana ke rumit.
Dari semua itu, kemudian dikembangkan media dalam suatu konsepsi
teknologi pembelajaran yang memiliki ciri: (a) berorientasi pada sasaran, (b)
menerapkan konsep pendekatan sistem, dan (c) memanfaatkan sumber belajar
yang bervariasi. Sehingga aplikasi media dan teknologi pendidikan, bisa
merealisasikan suatu konsep“teaching less learning more”. Artinya secara
aktifitas fisik bisa saja aktifitas kegiatan guru di kelas dikurangi, karena ada
sebagian tugas guru yang didelegasikan pada media, namun tetap mengusung
tercapainya produktifitas belajar siswa.
Jenis media dapat dikelompokkan sebagai berikut.
KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1. Audio pita audio (rol atau kaset)
piringan audio
radio (rekaman siaran)
2. Cetak buku teks terprogram
buku pegangan/manual
buku tugas
3. Audio – Cetak buku latihan dilengkapi kaset
gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam film bingkai (slide)
film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam dengan
Audio
film bingkai (slide) suara
film rangkai suara
6. Visual Gerak film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan Audio film suara
video/vcd/dvd
8. Benda
benda nyata
model tirual (mock up)
9. Komputer
1. media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted
Instructional) & CMI (Computer Managed
Instructiona
10
B. Prosedur Pemilihan Media
Ada beberapa prinsip yang perlu Anda perhatikan dalam pemilihan media,
meskipun caranya berbeda-beda. Namun demikian ada hal yang seragam
bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan
pengaruh kepada afektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal
ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral
dalam proses pendidikan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi oleh:
Pertama, kompetensi dasar dan indikator apa yang akan dicapai dalam
suatu kegiatan pembelajaran ataupun diklat. Dari kajian kompetensi dasar dan
indikator tersebut bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan
tersebut.
Kedua, materi pembelajaran (instructional content), yaitu bahan atau
kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan
lainnya, dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauh mana
kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan
media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.
Ketiga, familiaritas media dan karakteristik siswa/guru, yaitu mengkaji
sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa,
baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri, dan kebiasaan
lain) dari siswa terhadap media yang akan digunakan.
Keempat, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena pemilihan
media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah
media yang ada ataupun yang akan dikembangkan.
Bila kita akan merancang media, seyogyanya melalui tiga tahap utama,
yaitu:
Pertama, define (pembatasan), dalam fase ini menyangkut rumusan tujuan,
rancangan media apa yang akan dikembangkan, beberapa persiapan awal
dalam perancangan media yang menyangkut: bahan, materi, dana, serta aspek
perancangan lainnya.
Kedua, develop (pengembangan), dalam fase ini sudah dimulai proses
pembuatan media yang akan dikembangkan, sesuai dengan fase pertama.
Ketiga, evaluation (evaluasi), yaitu fase terakhir untuk menilai media
yang sudah dikembangkan/dibuat, setelah melalui tahap uji coba, revisi, kajian
dengan pihak lain.
11
Selain pertimbangan di atas, dalam memilih media pembelajaran yang tepat
dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari access,
cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.
1. Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan
oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet?
Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diijinkan
untuk menggunakannya? Komputer yang terhubung ke internet jangan hanya
digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk
murid. Murid harus memperoleh akses.
2. Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat menjadi
pilihan kita. Media canggih biasanya mahal. Namun, mahalnya biaya itu
harus kita hitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan,
maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
3. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu, namun perlu diperhatikan
apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya? Misalnya
kita ingin menggunakan media audio visual di kelas. Perlu kita pertimbangkan,
apakah ada listrik, voltase listrik cukup dan sesuai?
4. Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah
atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu
saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
5. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya,
apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya.
Apakah di sekolah ini tersedia satu unit yang disebut pusat sumber
belajar?
6. Novelty
Kebaruan dari media yang dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Media
yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.
12
Pemilihan media juga dapat dilakukan dengan membuat chek list sebagai
berikut:
a. Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa?
b. Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
c. Apakah ada kaitannya dan mengena secara langsung dengan tujuan pembelajaran?
d. Bagaimana format penyajiannya diatur? Apakah memenuhi tata urutan
yang teratur?
e. Bagaimana dengan materinya, mutakhir dan authentik?
f. Apakah konsep dan kecermatannya terjamin?
g. Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar?
h. Apakah penyajiannya objektif?
i. Apakah bahannya memenuhi standar kualitas teknis?
j. Apakah bahan tersebut sudah diuji coba?
C. Karakteristik Media
Berdasarkan klasifikasinya karakteristik masing-masing media pembelajaran
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Media Grafis (Visual Diam)
Media cetakan dan grafis dalam proses belajar mengajar paling banyak
dan paling sering digunakan. Media ini termasuk kategori media visual non
proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima
pesan (dari guru kepada siswa). Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan,
huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol yang mengandung arti disebut
“Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam, sebagaimana
halnya dengan media lain. Media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan
pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera
penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas.
Media ini termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang
dari segi biaya.
13
Macam-macam media grafis adalah: gambar/foto, diagram, bagan, grafik,
poster, media cetak, dan buku.
a. Gambar/Foto.
Media grafis paling umum digunakan dalam proses belajar mengajar,
karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta
didik.
Kemudahan mencerna media
grafis karena sifatnya
visual konkrit menampilkan
objek sesuai dengan
bentuk dan wujud aslinya
sehingga tidak verbalistik.
14
Kelebihan dan Kelemahan Gambar/Foto
Media gambar/foto memiliki beberapa kelebihan antara lain:
(1) Sifatnya kongkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media verbal.
(2) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia
muda maupun tua.
(3) Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya.
Kecuali beberapa kelebihan di atas, media gambar/foto juga memiliki
kelemahan sebagai berikut.
(1) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata.
(2) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
b. Diagram.
Diagram merupakan gambar yang sederhana yang menggunakan garisgaris
dan simbol-simbol, secara garis besar dan menunjukkan hubungan antar
komponennya atau proses yang ada pada diagram tersebut. Isinya pada umumnya
berupa petunjuk-petunjuk. Diagram ini untuk menyederhanakan yang
komplek-komplek sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
Diagram bersifat:
1) Simbolis dan abstrak, kadang-kadang sulit dimengerti.
2) Untuk dapat membaca diagram diperlukan keahlian khusus dalam bidangnya
tentang isi diagram tersebut.
3) Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat diagram dapat
memperjelas arti.
15
Contoh Diagram
Ciri-ciri diagram yang baik.
(a) Benar, diagram rapih dan disertai dengan keterangan yang jelas.
(b) Cukup besar dan ditempatkan secara strategis.
(c) Penyusunannya disesuaikan dengan pola baca yang umum dari atas ke bawah
atau dari kiri ke kanan.
c. Bagan.
Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keteranganketerangan,
daftar-daftar dan sebagainya. Bagan digunakan untuk memperagakan
pokok-pokok isi bahan secara jelas dan sederhana antara lain: perkembangan,
perbandingan, struktur, organisasi. Jenis-jenis media bagan antara
lain: Tree chart, Flow chart
16
Contoh Bagan (Chart)
d. Grafik (Graph)
Grafik adalah penyajian kembali data-data yang berupa angka-angka
dalam bentuk visual simbolis (lambang visual). Jenis grafik di antaranya:
1) Grafik Garis (Line Graph), yaitu grafik yang menggambarkan data secara
tepat, dapat menggambarkan hubungan antara dua kelompok data dan
dapat digunakan untuk data-data yang kontinyu.
2) Grafik Batang. Dalam grafik batang jumlah data dipertunjukkan dalam
bentuk gambar. Hal yang perlu diperhatikan grafik gambar ini adalah:
a) Simbol gambar yang dipakai sendiri (self Explanatory).
b) Jumlah data yang diperlihatkan melalui jumlah gambar.
c) Jumlah besar kecilnya gambar akan dapat dibaca apabila di bawah
gambar tersebut diberikan angka yang sebenarnya.
17
Contoh Grafik
2. Media Display
a. Papan Tulis/White Board
Salah satu media penyajian untuk proses pembelajaran yang sering digunakan
adalah: “papan tulis, dan white board”. Kedua media ini dapat dipakai
untuk penyajian: tulisan-tulisan, sket-sket gambar-gambar dengan menggunakan
kapur/spidol white board baik yang berwarna ataupun tidak berwarna.
Maksud dari warna tersebut adalah agar tulisan: lebih jelas, menarik dan
dapat berkesan bagi peserta yang akan menerimanya.
Syarat-syarat papan tulis yang baik adalah:
1) Papan tulis harus buram, tidak boleh licin atau mengkilat.
2) Warna dasar papan tulis harus lebih gelap dari alat tulis yang dipakai.
3) Warna dasar white board putih.
4) Ukuran yang ideal adalah 90 x 120 cm atau 90 x 200 cm.
5) Untuk penggunaan papan tulis atau white board diperlukan perhatian yai18
tu:
a) Tulisan/gambar dipapan harus jelas dan bersih.
b) Hindari agar papan tulis tidak terlalu penuh dengan tulisan atau gambargambar
sehingga sulit untuk dimengerti peserta.
c) Hapuskan tulisan/gambar tidak diperlukan lagi.
d) Tinggalkan papan tulis dalam keadaan bersih.
b. Papan Flanel
Papan flanel adalah media visual yang efektif untuk menyajikan pesanpesan
tertentu kepada sasaran didik. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat
sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan
dilepas dengan mudah, sehingga dapat dipakai berkali-kali. Selain untuk menempel
gambar-gambar, dapat pula dipakai menempelkan huruf dan angkaangka.
Karena penyajian seketika, kecuali menarik perhatian siswa, penggunaan
papan flanel dapat membuat sajian effesien.
Beberapa kelemahan Papan Flanel adalah sebagai berikut.
1) Walaupun bahan flanel dapat menempel pada sesamanya, tetapi hal ini
tidak menjamin pada “bahan yang berat”, karena dapat lepas bila ditempelkan.
2) Bila terkena angin sedikit saja, bahan yang ditempel pada papan flanel
tersebut akan berhamburan jatuh.
Sedangkan kelebihan Papan Flanel adalahsebagai berikut.
1) Karena kesederhanaan papan flanel dapat dibuat sendiri oleh guru.
2) Dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti.
3) Dapat memusatkan perhartian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan.
4) Dapat menghemat waktu pembelajaran karena segala sesuatunya sudah
dipersiapkan dan peserta didik dapat melihat sendiri secara langsung.
c. Flip Chart
Peta/flip cahrt adalah lembaran kertas yang berisikan bahan pelajaran,
yang tersusun rapi dan baik. Penggunaan ini adalah salah satu cara guru dalam
menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis. Lembaran kertas
yang sama ukurannya dijilid jadi satu secara baik agar lebih bersih dan baik.
Penyajian informasi ini dapat berupa: (1) gambar-gambar, (2) huruf-huruf,
19
(3) diagram, dan (4) angka-angka.
Peta tersebut harus disesuaikan dengan jumlah dan jarak maksimum siswa
melihat peta lipat tersebut dan direncanakan tempat yang sesuai di mana
dan bagaimana peta tersebut ditempatkan.
Contoh Flip Chart
Cara Membuat Flip Chart
Chart tersebut harus disusun/dijilid yang serasi agar mudah untuk penyimpanannya
dan untuk menghindarkan kerusakan chart. Adapun cara untuk
mengkontruksi peta/chart adalah sebagai berikut:
1) Lubangi kertas chart sedemikian rupa agar mudah dijadikan satu/dijilid.
2) Buatkan dua bingkai kayu yang diikat bersama dengan kertas peta oleh
dua baut. Pada ujung-ujung bingkai dibuat lubang tempat tali penggantung
pita.
3) Peta dengan bingkai kayu atau besi dijadikan satu dengan pengikat baut.
Peta ini dapat digantungkan pada papan tulis/white board, yang tidak menempel
tembok/dinding.
4) Penempatan peta dapat juga digantungkan pada penyangga dengan 3 kaki.
5) Cara lain untuk mengikat dan menyangga peta adalah dengan menggunakan
papan triplek/hardboard. Papan display lainnya antara lain: papan tikar,
felt board (papan berlubang).
20
3. Gambar Mati yang Diproyeksikan
Dengan menggunakan proyektor, informasi
yang akan disampaikan dapat diproyeksikan
ke layar, sehingga informasi
be-rupa: tulisan, gambar, bagan dll.
akan menjadi lebih besar dan lebih jelas
dilihat oleh siswa. Penggunaan media
proyeksi ini lebih menguntungkan, sebab
indera pendengaran dan penglihatan
akan sama-sama diaktifkan melalui sebuah
media transparansi yang telah disiapkan.
Gambar mati (still picture) adalah
berupa: gambar, foto, diagram, tabel, ilustrasi dll., baik berwarna atau pun
hitam = putih yang relatif berukuran kecil, agar gambar tersebut dapat dilihat
atau disaksikan dengan jelas oleh seluruh siswa di dalam kelas dengan jalan
diproyeksikan ke suatu layar (screen).
Jenis-jenis media gambar mati yang diproyeksikan yaitu: (1) Overhead
Projector (OHP) dan Overhead Transparance (OHT); (2) Slides/film bingkai;
(3) Film strip/film rangkai; (4) Epidiascope; (5) Komputer dan; (6) multimedia
projector.
a. Over Head Projector/Over Head Transparansi (OHP/OHT)
Pada dasarnya OHP/OHT berguna untuk memproyeksikan transparan
ke arah layar yang jaraknya relatip pendek, dengan hasil gambar/tulisan yang
cukup besar. Proyektor ini direncanakan dibuat untuk dapat digunakan oleh
guru di depan kelas dengan penerangan yang normal, sehingga tetap terjadi
komunikasi antara guru dengan siswa.
1) Kegunaan OHP/OHT.
OHP/OHT secara umum digunakan untuk:
a) Pengganti papan tulis dengan menggunakan pen khusus yang dituliskan
pada lembaran transparan/plastik (acetate) atau gulungan transparan
(scroll).
b) Tempat menunjukkan/memproyeksikan transparan yang telah disiapkan
sebelumnya.
21
c) Tempat menunjukkan bayangan (silhoutte) suatu benda.
d) Tempat menunjukkan model-model barang kecil baik dalam bentuk
gerak atau diam.
e) Untuk mendemonstrasikan suatu percobaan. Contoh bagaimana gaya
magnit bekerja terhadap serbuk besi.
f) Untuk menunjukkan diagram aliran suatu sistem tertentu. Contoh dengan
filter khusus dapat ditunjukkan diagram aliran suatu cairan.
g) Untuk memperlihatkan suatu sistem tertentu. Contoh kecepatan membukanya
rana pada alat photo/tustel model S L R (single lens reflect).
2) Jenis-jenis OHP/OHT
Overhead projector sampai saat ini ada 2 macam, yaitu:
a) OHP type standard (standar lecture haal type).
b) OHP type portable (dapat dilihat dan ringan, mudah dibawa).
3) Bagian-bagian Pokok OHP dan Cara Kerjanya
Saat ini walaupun banyak type dan merk OHP yang dipergunakan, namun
bagian-bagian pokok dari OHP tersebut pada prinsipnya sama. Di bawah
ini akan dijelaskan bagian pokok dan cara kerja dari OHP.
a) Kepala Proyektor (Proyector Head). Kepala Projektor adalah bagian
yang berisi lensa-lensa objektif dan kaca pemantul untuk mengarahkan sinar
ke arah layar.
b) Pengontrol Fokus (Focus Cotrol). Dengan memutar-mutar bagian ini
kepala proyektor akan bergerak naik/turun untuk memperjelas (memfokus)
gambar pada layar).
c) Tempat transparan/benda yang akan diproyeksikan (projection stage).
d) Lensa fresnel (fresnel lens), yaitu kondensor khusus yang berguna untuk
memusatkan cahaya yang memancar dari lampu ke arah kepala proyeksi.
e) Scroll atau rol penggulung transparan.
f) Lampu (projection lamp).
g) Pemantul (reflector).
h) Kipas pendingin (van).
i) Rumah/badan proyektor.
j) Switch/saklar pengatur untuk menghidupkan dan mematikan lampu dan
22
motor pada kipas.
Dari bagian-bagian pokok di atas dapat dijelaskan cara kerja OHP type
model standard dan model portable, seperti pada gambar di bawah ini.
4) Posisi/Letak Layar Dengan OHP.
Posisi layar dan letaknya harus diatur, sehingga gambar pada layar tidak
miring atau sebagian mengecil. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur sinar
yang dipancarkan dari proyektor jatuh tegak lurus pada layar. Apabila penyimpanan
proyektor tidak sejajar dengan layar akan menimbulkan distorsi
bayangan. Ada dua kemungkinan distorsi yaitu distorsi horizontal dan distorsi
vertikal. Distorsi vertikal disebabkan penyimpanan proyektor terlalu tinggi
dari layar (distorsi ke bawah) atau terlalu ke bawah dari posisi layar (distorsi
ke atas). Sedangkan distorsi horizontal disebabkan oleh penyimpanan proyektor
terlalu ke kiri atau terlalu ke kanan dari posisi layar.
5) Teknik-Teknik Penyajian
a) Pada waktu penggunaan OHP, guru dapat melakukannya sambil berdiri.
Pada waktu posisi berdiri guru jangan menutup OHP terhadap layar mau
pun menghalangi pandangan siswa terhadap layar.
b) Bila switch/saklar kipas pendinginan dan lampu ditekan, segera sinar OHP
menimpa layar. Aturlah posisi yang sebaik mungkin agar gambar pada
layar tidak miring atau kurang datar/simetris.
Projector head
Focus Control
Tempat
Transparan
Lensa fresnel
23
c) Pada waktu menjelaskan pada transparan di OHP, gunakan penunjuk
(pointer) atau pensil ke arah bagian-bagian penting yang sedang disajikan.
d) Bila selesai tiap tahap penyajian penggunaan OHP dan guru akan menjelaskan
lebih lanjut, matikan terlebih dahulu OHP dan alihkan perhatian
siswa dari layar kembali ke guru.
e) Penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal penting perlu ditekankan pada
waktu penyajian. Hal-hal yang rumit (complex) perlu disajikan dengan
menggunakan teknik berlapis (overlay) atau memakai penutup (masking)
dan membukanya sedikit demi sedikit.
f) Presentasi dengan menggunakan OHP, untuk membuat penampilan yang
lebih menarik.
6) Penggunaan OHP
a) Dengan alat penunjuk
Alat penunjuk bisa menggunakan pensil atau pointer. Guru dapat menekankan
perhatian siswa pada hal-hal yang dipentingkan. Penunjuk diletakkan
di atas transparansi bukan layar.
b) Menulis langsung
Menulis di atas transparan pada waktu menyajikan sangat menarik perhatian.
Pada transparan yang telah disiapkan sebelumnya, dapat ditambahkan
tulisan, pada waktu penyajian dengan pen khusus. Pen yang digunakan
mempunyai spesifikasi warna, ukuran (kecil, sedang, dan besar) dan
jenis (permanen dan solubel).
c) Menunjukkan dengan membuka sedikit demi sedikit.
Teknik ini penting untuk mengontrol siswa agar hanya memperhatikan
masalah yang disajikan secara urut, dengan menutup bagian yang belum
diproyeksikan.
d) Menunjukkan benda dengan ukuran kecil.
Dapat juga menjelaskan/menunjukkan roda gigi yang ukurannya terlalu
kecil, sehingga dapat didemonstrasikan putaran roda gigi.
e) Penyajian dengan tumpang tindih (Overlay).
Konsep ide yang rumit dapat disederhanakan dengan cara lembar transparan
pertama memuat ide dasar. Ide keterangan berikutnya dapat ditumpangkan
pada transparan pertama, sehingga akan memperjelas dari urut24
an penyajian tersebut.
f) Menghidupkan dan mematikan
Dengan men-switch saklar on-off yang terdapat pada OHP perhatian siswa
akan dapat diarahkan, bila mematikan lampu siswa akan mengarahkan
perhatian kepada guru dan bila lampu dihidupkan kembali perhatian
siswa akan terbawa pada layar.
7) Membuat Overhead Transparansi (OHT)
Dalam membuat transparan banyak cara yang dipergunakan dari yang
sederhana sampai yang rumit atau memakai alat pembuat/untuk mengkopi
transparan yang disebut “transparan maker” cara pembuatan transparan adalah
sebagai berikut.
a) Langsung pada Transparan (acatate)
Bahan dasar transparan berupa sejenis plastik tipis yang disebut acetate
dijual di pasaran dalam kemasan 100 lembar dengan tebal 2 atau 3 macam
yang berbeda. Pada umumnya yang dipakai dengan DIN-A.4, 210 x 297 mm
dengan tebal 0,08 mm. Pembuatan langsung pada transparan dapat dikerjakan
2 cara yaitu:
(1) Menulis/melukis dengan pen khusus yang berwarna warni (Transparance
pen)
(2) Menggunakan set huruf (lettering set) atau sering disebut rugos.
Dalam praktiknya dua cara di atas dikombinasikan atau dipakai secara
bersama untuk menghasilkan transparan yang telah direncanakan terlebih dahulu.
b) Membuat Transparan dengan Cara Reproduksi
Reproduksi adalah memperbanyak gambar/tulisan/isi yang persis sama.
Alat reproduksi yang banyak dipakai adalah mesin foto copy dan termofax.
Untuk membuat transparan jenis ini diperlukan persiapan-persiapan sebagai
berikut:
(1) Membuat lembar asli (original) yang umumnya disebut “Master” ditulis/
diberi ilustrasi dengan alat tulis yang berkadar karbon tinggi, misalnya
tinta cina. Untuk membuat transparan pada bahan asetat biasanya masker
25
harus dibuat dengan karbon khusus (master dapat di foto copy).
(2) Siapkan mesin pembuat transparan (transparency copy maker). Mesin
pembuat transparan bentuknya hampir sama dengan mesin di photo copy
biasa.
(3) Siapkan film pembuat transparan (tersedia dalam beberapa jenis dan warna).
Film ini ada 2 (dua) macam yaitu:
(a) Film proses panas ada 2 permukaan, yang mengkilap dan buram. Untuk
siap masuk mesin transparan, bagian buram harus ditempelkan
langsung pada gambar/tulisan pada master. Pada produk 3 M biasanya
diberi tanda potongan sudut pada transparannya.
(b) Asetat biasa dengan menggunakan karbon khusus. Master dibuat pada
suatu kertas merupakan tindasan dengan karbon khusus dari gambar/
ilustrasi yang direncanakan.
(4) Pemasangan pada mesin, seperti untuk pemasangan film.
Atur tombol pengatur buat penyinaran (yang mempengaruhi gelap/terangnya
hasil photo copy (pada umumnya pada kedudukan menengah). Hidupkan
mesin/motornya, coba lebih dahulu dengan guntingan film transparan
kecil untuk mengecek hasilnya/kerjanya.
4. Media Audio
Media audio adalah bahan suara (audio) yang direkam dalam format fisik
tertentu. Secara fisik jenis media yang tergolong sebagai media audio adalah
kaset audio dan disk audio. Jenis media ini pada dasarnya dapat digunakan
dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan bunyi, suara, serta bahasa.
Dalam jurusan seni dan bahasa, media audio dapat memberikan kontribusi
yang positif jika diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran. Media audio
merupakan media yang bersifat auditif, indera pendengaran lebih dominan digunakan
ketika menggunakan media ini.
Media ini hanya terbatas pada pengoptimalan media pendengaran saja.
Meskipun terbatas dalam pengoptimalan panca indera, namun bukan berarti
media ini memiliki manfaat sama sekali. Manfaat media audio dalam pengajaran
menurut Sudjana dan Rifai (2005: 155) terutama dirasakan benar dalam
melatih berbahasa asing, music literary, belajar jarak jauh, dan paket belajar
atau modul untuk tujuan belajar mandiri.
26
Menurut Heinich, Molenda, & Russell, (1990: 320) “tutorial (pembelajaran)
audio” adalah pendekatan teknologis biasa yang mempunyai kualitas
sama seperti unit modul, mempersyaratkan partisipasi aktif dari siswa dan
memberikan umpan balik serta koreksi yang cepat (segera).” Pembelajaran
dengan menggunakan media audio digunakan sebagai upaya untuk memperkenalkan
variasi metode dengan menggunakan peralatan teknologis, misalnya
radio interaktif, khususnya dalam belajar bebas (mandiri) yang mengandalkan
rekaman audio langsung dari tutor atau instruktur.
Karakteristik media audio umumnya berhubungan dengan segala kegiatan
melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan
mendengarkan. Kalau diklasifikasikan, kecakapan-kecakapan yang bisa
dicapai antara lain:
a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian.
b. Mengikuti pengarahan.
c. Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar.
d. Perolehan arti dari suatu konteks.
e. Memisahkan kata atau informasi yang relevan dan tidak relevan.
f. Mengingat dan mengemukakan kembali ide atau bagian-bagian dari cerita
yang mereka dengar.
Dari segi sifatnya yang auditif, media audio memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan dari media audio antara lain:
a. Memerlukan suatu pemusatan pengertian pada suatu pengalaman yang tetap
dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar
secara khusus.
b. Media audio menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif
adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan bantuan visual.
c. Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan
penguasaan perbendaharaan kata-kata atau bahasa, serta susunan
kalimat.
d. Media ini hanya mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.
e. Penampilan melalui ungkapan perasaan atau simbol analog lainnya dalam
bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog
tersebut pada si penerima. Bila tidak, bisa terjadi ketidakmengertian dan
27
bahkan kesalahpahaman.
Media audio juga merupakan media yang sangat fleksibel, relatif murah,
praktis dan ringkas serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat dipergunakan
baik untuk kepentingan belajar kelompok (group learning) maupun belajar
individual. Dengan karakteristik yang di-milikinya, media audio sangat
efektif untuk digunakan pada berbagai bidang studi bahasa, drama dan seni
musik.

5. Media Komputer
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan
respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih
dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi
informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat
ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk
media di dalamnya. Dalam hal ini Heinich, Molenda, & Russel (1996: 228)
mengemukakan bahwa :
“…It has ability to control and integrate a wide variety of media – still
pictures, graphics and moving images, as well as printed information. The
computer can also record, analyze, and react to student responses that are
typed on a keyboard or selected with a mouse“.
Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana
komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana
belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan
rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer
dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer
sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara
dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan
berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer
dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk
mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya
rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana
dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu.
Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkin28
kan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi
risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer
adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa
pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan
tanpa harus berada di laboratorium.
Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan
(network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi
dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet
dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan
interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet
dan web di sekolah.
Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi
yang positip terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet
dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi
dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya.
Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu
pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan
guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang
yang menjadi keahliannya. Hal ini sejalan dengan definisi Pannen (2003) mengenai
media dan teknologi pembelajaran di sekolah dalam arti luas yang
mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan sumberdaya
manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman
belajar siswa.
Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk
memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran
individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan
belajar siswa (pola bermedia).
Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran meliputi:
a). Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang
sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group bela29
jar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan
multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar.
Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks,
video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga
mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini
dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik.
Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang cukup
lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi.
Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan
alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang
presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh
Microsoft inc" Corel presentation yang dikembangkan oleh Coral inc" hingga
perkembangan terbaru perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia
inc, yang mengembangkan banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung
kepentingan tersebut.
Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam
bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat
lunak tersebut didukung oleh perkembangan sejumlah perangkat
keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh
dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan
monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital (digital
image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara
digital untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan
situasi, serta ukuran ruang dan berbagai karakteristik audience. Tentu saja
hal ini menyebabkan perubahan besar pada trend metode presentasi saat ini,
dan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK).
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya
untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam
bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan
juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over
head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi.
Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat
alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat
30
memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal.
Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah
satu metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling
tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan,
telah memberikan pengaruh yang sangat basar bukan hanya pada pengembangan
kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi
juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang
presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan
penyelenggaraan pembelajaran. Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan
kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan
pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer.
b). CD Multimedia Intraktif
CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup
efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah
dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion
(CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif
juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang
meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia
interaktif di antaranya:
(1) Model Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu
starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar
yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman
yang mendekati suasana yang sebenarnya.
(2) Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran.
Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma
tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit
– unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh
komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis
program) dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana Sudjana
& Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan
ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiat31
an pembelajaran.
(3) Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan
salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman
belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman
yang mendekati suasana yang sebenarnya.
(4) Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas
“pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan
pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran
sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell,
1989: 20)
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”.
Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat
dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi
tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui
CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada
siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft
Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif
ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada
guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri
sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan
dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware
tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi
secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.
c). Video Pembelajaran.
Selain CD interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk
pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa
untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara
interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan
CD interaktif di SD cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya
cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses respirasi
dan lain-lain.
32
D. Pemanfaatan Internet
Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan
informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables
people throughout the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan
pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology)
pada bulan Agustus 1962.
Untuk dapat menggunakan internet diperlukan sebuah komputer (memori
minimal 4 mega), hard disk yang cukup, modem (berkecepatan minimal
14.400), sambungan telepon (multifungsi: telepon, faksimile, dan internet),
ada program Windows, dan harus tahu cara mengoperasikannya. Selanjutnya
hubungi provider terdekat. Andaikan semua prasyarat tadi tidak dimiliki, cukup
mendatangi warnet (warung internet) terdekat yang banyak terdapat di
kota-kota besar, kita dapat mengakses situs-situs apa saja sesuai dengan kebutuhan
kita. Internet disebut juga media massa kontemporer, karena memenuhi
syarat-syarat sebagai sebuah media massa, seperti: ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim serta melewati media cetak
atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat oleh khalayaknya.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa
untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become
doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara
online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan
sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan,
data statistik, (Gordin et. al., 1995). Informasi yang diberikan server-computers
itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov),
nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic
and cultural groups (.arts)
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis,
tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang
relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan
kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik
di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan
komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar be33
kerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail
(electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugastugas
pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru
siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut:
1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah
air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan
ruang kelas.
2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka
biasa.
3. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing
pembelajar/siswa.
5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pembelajar/
siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa
maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan
cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line.
Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah
ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara,
institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk
pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat
lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu
pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan
akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional
developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas
materi pembelajaran elektronik (online learning material). Pembelajaran melalui
internet di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam beberapa format (Wulf,
1996), di antaranya adalah: (1) Electronic mail (delivery of course materials,
sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv.,
i.e., electronic discussion group, (2) Bulletin boards/newsgroups for discussion
of special group, (3) Downloading of course materials or tutorials, (4)
34
Interactive tutorials on the Web, dan (5) Real time, interactive conferencing
using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.
Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam
jaringan sehingga dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya
yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan program
pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya
para calon peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka
mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
melalui intenet. Karakteristik/potensi internet sebagaimana yang telah diuraikan
di atas tentunya masih dapat diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun,
setidak-tidaknya ketiga karakteristik/potensi internet tersebut dipandang sudah
memadai sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran melalui internet.
35
BAB III
SUMBER BELAJAR
A. Pengantar
Pendidikan konvensional memiliki paradigma bahwa guru adalah satusatunya
sumber belajar, sehingga dianggap orang yang paling memiliki pengetahuan.
Paradigma itu kemudian bergeser menjadi guru lebih dahulu tahu.
Namun sekarang dengan perkembangan ilmu dan teknologi bukan saja pengetahuan
guru bisa sama dengan murid, bahkan murid bisa lebih dulu tahu dari
gurunya. Itu semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi di sekitar
kita sehingga pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar,
melainkan guru memiliki fungsi yang lebih luas yaitu sebagai penyedia fasilitas
belajar agar siswa mau belajar (fasilitator), sebagai motivator yang memberikan
semangat dan energi kepada siswa untuk terus belajar. Selain itu guru
harus mampu mengelola kegiatan belajar siswa, memposisikan siswa sesuai
minat, potensi, dan kemampuannya dan memanfaatkan setting yang ada (organisator)
dan mampu mengevaluasi keberhasilan belajar siswa baik proses
maupun hasil (evaluator). Banyak contoh, siswa dapat lebih dahulu mengakses
informasi dari berbagai media yang ada seperti surat kabar, televisi, bahkan
internet sehingga lebih dahulu tahu dibanding gurunya. Tentu saja kondisi
ini merupakan gejala yang positif sekaligus tantangan bagi para guru untuk
memperbaiki proses pembelajaranya.
Potensi-potensi yang tersebar di sekolah dan di masyarakat berupa sumber
belajar harus menjadi perhatian guru untuk diorganisasi dengan baik sehingga
berdayaguna positif untuk keberhasilan belajar siswa. Perkembangan
teknologi yang ada serta perubahan kurikulum menuntut guru untuk lebih kreatif,
tidak lagi selalu menunggu instruksi dari pusat. Guru adalah tenaga profesional,
sehingga harus cepat menyesuaikan diri dan mereposisi perannya. Pada
saat ini guru tidak lagi harus menjadi orang yang paling tahu di kelas. Namun
ia harus mampu menjadi fasilitator belajar dan pengelola sumber belajar
bagi siswanya. Banyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah
sumber belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang
namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Mengapa sumber belajar itu
diperlukan? Pernahkah Anda menemukan guru yang sedang menghadapi ke36
sulitan dalam menjelaskan suatu meteri pelajaran kepada muridnya?
Sebagai seorang pengawas yang memiliki fungsi salah satunya adalah
membantu kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, tentu
perlu memahami tentang apa itu sumber belajar dan ragam sumber belajar
apa saja yang dapat digunakan oleh seorang guru pada saat menjelaskan suatu
materi. Seorang pengawas yang baik adalah seorang pengawas yang mampu
memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi guru terutama yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Untuk itu alangkah baiknya jika
kita fahami dulu konsep tentang sumber belajar dan jenis sumber belajar yang
dapat digunakan oleh guru dalam menunjang proses pembelajarannya.
B. Konsep Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan
belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi
hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya
dari hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa
dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan
mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran
sudah tercantum dalam kurikulum. Proses pembelajaran yang efektif adalah
proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar.
Kegiatan belajar mengajar ditekankan pada aktivitas siswa dengan melakukan
pengamatan benda-benda atau situasi yang ada di lingkungan sekitar. Dari
tujuan tersebut dirancang kegiatan pembelajaran memberikan aktivitas siswa
untuk melakukan percobaan sederhana yang dapat mempengaruhi pengalaman
belajarnya. Misalnya untuk mengenal sifat benda padat, cair, dan gas, melalui
percobaan ini tentu siswa memerlukan bahan dan alat berupa sumber belajar
baik yang nyata maupun buatan untuk memahami konsep benda dan dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai ilustrasi berikut ini beberapa contoh riil aktifitas pembelajaran
ketika menghadapi tuntutan di atas.
Pertama, guru akan bercerita tentang gajah, kereta api, atau pasar apung.
Guru bisa bercerita mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang
lain, atau pernah melihat gambar ketiga objek itu. Apabila murid sama sekali
37
belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar di buku, maka
betapa sulitnya guru menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut.
Kalau guru adalah seorang yang ahli bercerita, tentu cerita tersebut
akan sangat menarik bagi murid-murid. Namun tidak semua orang diberikan
karunia kepandaian bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan
menghabiskan waktu yang lama, pemahaman murid juga berbeda sesuai dengan
pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan bukan tidak mungkin akan
menimbulkan kesalahan persepsi karena terjadi verbalisme sehingga persepsi
guru dengan siswa tidak sama.
Kedua, guru membawa murid untuk melihat objek yang sebenarnya misalnya
studi wisata mengunjungi tempat-tempat yang sesuai seperti kebun binatang,
taman safari, cagar alam atau tempat penangkaran binatang. Cara ini
lebih efektif dibandingkan dengan cara lain misalnya siswa mengenal binatang
hanya lewat gambar saja. Konsep ini sejalan dengan pendapat Edgar Dale
dalam teorinya Cone Experience yang menjelaskan bahwa hasil belajar dapat
diperoleh lebih optimal dengan cara melakukan sendiri atau paling tidak melihat
objek nyata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan
Fild Trip seperti karyawisata. Namun demikian untuk melakukan tipe pembelajaran
yang membawa siswa pada objek nyata terkadang membutuhkan
biaya dan waktu yang cukup lama. Cara ini walaupun efektif tapi kurang efisien.
Tidak mungkin untuk belajar semua orang harus mengalami segala sesuatu.
Dengan demikian diperlukan kreatifitas guru untuk menjadikan pembelajaran
lebih efisien namun hasilnya lebih efektif dengan berpijak pada
prinsip pengalaman belajar Edgare Dale di atas. Cara kedua ini disebut juga
pemanfaatan sumber belajar dengan menggunakan fasilitas yang sudah tersedia
dan tidak dirancang secara khusus untuk pembelajaran namun dapat digunakan
secara langsung (media by utilization).
Ketiga, disebut media by design. Dalam hal ini guru merancang media
sesuai dengan tuntutan tujuan materi dan karakteristik siswa, seperti gambar,
foto, film, video tentang objek tersebut untuk dipergunakan di kelas. Cara ini
akan sangat membantu guru dalam memberikan penjelasan. Selain menghemat
kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru pun akan lebih mudah dimengerti
oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan
kesalahpamahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi lebih kon38
sisten. Treatment pembelajaran seperti ini menghasilkan perolehan pengetahuan
dan pemahaman lebih dari 50% dan dapat dikatakan pembelajaran cukup
berhasil. Seperti yang kita tahu tentang teori Cone Experience (Kerucut
Pengalaman) dari Edgar Dale berikut ini:
Ketiga tipe pembelajaran di atas dapat kita simpulkan bahwa tipe pertama
menggunakan informasi verbal, tipe kedua berupa pengalaman nyata, sedangkan
cara ketiga informasi melalui media. Di antara ketiga cara tersebut,
cara kedua dan ketiga adalah cara yang paling bijaksana dilakukan, karena
dengan melalui pengalaman langsung siswa mudah mengerti, namun dengan
menggunakan tipe belajar ketiga pun sangat baik, karena dengan menggunakan
media dalam proses pembelajaran, belajar menjadi lebih efektif dan efisien.
C. Jenis-jenis Sumber Belajar
Dalam buku Instructional Technologies The Definition and Domains of
The Field (1994), AECT (Association for Educational Communication and
Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan
dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan (Message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal yaitu pesan
yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau pesan yang
We tend remember
Reading
Hearing
word
Looking at
pictures
Waching at movie
Waching at an exhibits
Waching a Demonstrtation
exhibits
Seeing it done on location
Participation in a disscussion
Giving a talk
Performace dramatic presentation , simulation
Doing the real thing
We tend remember
10% of what we
20% of wharet awde
hear
30% of what we
see
50% of what we
hear and see
70% of what we say
70% of what we say
and do
Verbal receiving
Visual receiving
Receiving and
participating
Doing
39
disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan ini selain disampaikan
secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen seperti kurikulum, peraturan
pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pembelajaran dan
sebagainya. Pesan nonformal yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat
luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran misalnya cerita rakyat,
legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief-releif
pada candi, kitab-kitab kuno, dan peninggalan sejarah yang lainnya.
2. Orang (People)
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun
secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang
yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik secara profesional
untuk mengajar, seperti guru, konselor, instruktur, dan widyaiswara.
Termasuk kepala sekolah, laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan dan
lain-lain. Kelompok yang kedua adalah orang yang memiliki profesi selain
tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas.
Misalnya politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi
pengusaha dan lain-lain.
3. Bahan (Matterials)

Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan
pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film,
OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya
(biasa disebut software).
4. Alat (Device)
Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering
disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk
menyajikan bahan-bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup
multimedia Projector, Slide Projector, OHP, Film, tape recorder, Opaqe
projector, dan sebagainya.
5. Teknik
Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam
memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalam40
nya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dan
sebagainya.
6. Latar (Setting)
Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan
yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak
secara khusus disiapkan untuk pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah
pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,
tempat workshop, halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan sekolah, dan sebagainya.
Sumber belajar yang diuraikan di atas, merupakan komponen-komponen
yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Secara khusus untuk kategori
bahan (matterials) dan & alat (device) yang kita kenal sebagai software dan
hardware tak lain adalah media pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adey, P. 1989. Adolescent development and school science. International
Journal of Science Education, 79: 98. England.
Alessi M. Sthephen & S.R., Trollip. 1984. Computer Based Instruction Method
& Development. New Jersley: Prentice-Hall, Inc.
Barbara B. Seels, Rita C. Richey. 1994. Instructiuonal Technology: The
Definition and Domains of The Field, AECT Washington DC.
Bates, A. W. 1995. Technology, Open Learning and Distance Education.
London: Routledge.
Cepi Riyana. 2004. Strategi implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
dengan Me-nerapkan Konsep Instructional Technology. Jurnal Edutech,
Jurusan Kurtek Bandung.
Cepi Riyana. 2006. Media Pembelajaran. Modul, Fakultas Ilmu Pendidikan.
Depdikbud. 1993. Kurikulum SD 1994. Jakarta: Depdikbud.
Drive, R. 1988. Changing conceptions. Journal of Research in Education,
161-96.
Gerlach, S. Vernon. 1980. Teaching and Media. New Jersey: Prentice-Hall.,
Inc.
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1996. (3rd Ed). Instructional
Technology for Teaching and Learning: Designing Instruction, Integrating
41
Computers and Using Media. Upper Saddle River, NJ.: Merril Prentice
Hall.
Kemp, Jerrold E. 1994. Designing Effective Instruction. New York: MacMillan
Publisher.
Kenji Kitao. 1998. Internet Resources: ELT, Linguistics, and Communication.
Japan: Eichosha.
Molenda, Heinich Russell. 1982. Instructional Media and The New Technology
of Instruction. Canada: John Wiley & Son.
Sadiman Arief. 1990. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan.
Jakar-ta: Rajawali.

Tidak ada komentar:

Entri Populer