Sabtu, Juni 04, 2011

Masalah dalam Keluarga...


Sebenarnya cuaca siang ini enaknya dipake untuk tidur. Hujan lebat, udara sejuk, rumah sepi, tapi anak-anakku sepertinya belum kehabisan energi untuk bermain dan bercanda. Teriakan dan omelan saya untuk mereka cepat tidur –supaya mami punya time alone- sama sekali tidak digubris mereka. Setelah 3 jam dalam pergumulan -saya hampir menyerah karena kepala terasa senut-senut- dengan sedikit paksaan dan bujukan serta iming-iming hadiah susu coklat hangat setelah bangun, barulah mereka terkapar.
Dari mana datangnya energi anak-anak saya itu? Menurut pengamatan saya, mereka rada beda dengan anak-anak lain yang sebaya. Sering, dalam hati, diam-diam, saya agak malu kalau sedang berada di tempat umum, anak-anak saya berlari-larian, berteriak, berguling-guling di lantai, bernyanyi keras dan sumbang dengan kosakata berantakan, sehingga saya sering mendapat teguran atau pandangan kesal dari penjaga atau pengujung lainnya.

“Jangan salahkan aku dong, emang situ nggak punya anak?”, “Aku bukan orang tua yang buruk dan tidak tahu mendidik anak!”, ” Mereka bukan anak-anak nakal, mereka cuman terlalu bergairah”, “Emang nggak liat ya, kalau aku juga sedang berjuang menenangkan mereka?” Saya sering menerangkan kepada orang-orang yang merasa terganggu itu dengan kata-kata tersebut lewat pandangan mata saya. Semoga mereka bisa mendegarnya.


Sekarang saya mulai mendapati jawabannya. Sepertinya energi itu adalah factor genetic juga. Lihat saja hari ini, betapa gigihnya saya berjuang untuk menidurkan mereka agar bisa menjangkau laptop, memeriksa FB, membaca berita, menulis sesuatu sambil diitemani secangkir kopi susu. Sakit kepala itu pelan-pelan lenyap ketika ketika otak mulai diaktifkan setelah beberapa hari di-vakum-kan oleh tugas ibu rumah tangga.

Saya pun mencoba mengambil segi positifnya: Tanpa perlu disuruh atau diajar, si Joel – setelah beranjak dari terrible two-nya- jika sedang sendiri sepanjang hari menggambar, menyusun balok atau menciptakan kerajinan tangan. Dan adiknya Matthew, yang masih berusia 2 tahun, setiap hari memberikan saya alasan untuk berolahraga dan latihan beban tanpa perlu mengunjungi gym.

Insomnia, Kutukan Dewa Malam

Ya, tidur adalah sesuatu yang dikendalikan oleh alam. Alam yang nota bene dikendalikan oleh Pencipta. Oleh karena itu tidur adalah anugerah. Banyak orang yang tidak menyadarinya. Namun jika Anda pernah menderita Insomnia kronis tentu Anda akan lebih menghargai tidur sebagai sesuatu yang supernatural, pemberian dari Tuhan semesta alam. Jika seseorang karena berbagai alasan tidak bisa tidur, apapun yang ia miliki seakan tidak ada artinya. Michael Jakcson dengan segala kekayaannya tidak bisa membeli tidur nyenyak dan akhirnya harus membayar dengan nyawa hanya untuk bisa pulas.
Siapa yang pernah mengalami insomnia pasti tahu bagaimana sengsaranya menanti bulan yang gagah tak mau beranjak seakan enggan menyambut fajar. Bantal, guling yang menjadi panas dan kasur yang tadinya empuk menjadi batu karang tajam menusuk sampai ke tulang paling dalam. Hembusan nafas lembut orang yang tidur di samping menusuk telinga sama seperti alunan lagu metal di malam yang sunyi senyap. Dengkuran halus sang kekasih menjadi palu tajam yang memukul kepala dua kali setiap satu detik. Malam terasa panjang dan jarum jam setiap kali berputar menikam tanpa ampun hati yang gelisah.
Well, mungkin gambaran di atas terlalu berlebihan. Paling tidak begitulah perasaan yang sering saya alami. Memandang suami saya yang bisa ‘terbang’ dalam hitungan ke tiga membuat saya berpikir “Apakah ini yang namanya ‘for better for worse’?”. Begitu mudahnya saya menjadi tidak bisa tidur. Dan hal ini menurun pada anak saya Joel (5 thn), yang memerlukan sedikit waktu sebelum masuk ke dalam dunia mimpinya.
“Mami, kenapa sih kita harus tidur?” tanyanya suatu malam. “Oh, no, jangan membuat mami berpikir untuk itu sayang, nanti mami nggak bisa tidur malam ini. Mmhh, ayo tutup mata….” bisik saya lembut di telinganya, seakan sedang mencoba meniupkan angin sepoi yang mengadung obat pembuat tidur.

“Mami, apa aku harus menghitung domba?” lanjut tanyanya.”Iya, cobalah hitung domba, sayang…” Kata saya sebelum memberinya ciuman sekali lagi. Angin sepoi pembawa tidur sepertinya tidak memberi efek.
“1,2,3,4,5,6,7,8,…20…60…80…99,100, 1000, 5000, 17.000…”
Dan hening. Paling tidak buat saya yang masih menerawang.

Mari bicara untuk sesuatu yang sedikit serius dan cara penyelesaiannya. Insomnia adalah alarm yang menyatakan bahwa ada sesuatu yang salah dalam tubuh kita. Stress, cafein, depresi, perubahan waktu, atau masalah kesehatan lain. Simple.
Tidak mudah untuk meminta nasihat bagaimana caranya untuk tidur nyenyak pada orang lain. Jika orang tidak biasa mengalami insomnia, mereka akan menjawab “Tidur? Mudah. Tutup mata. Dan ‘see you in the morning’”. Jika anda ke dokter, anda akan pulang dengan secarik resep obat. Jika anda ke pendeta, ia akan menumpangkan tangan dan berdoa. Tapi apakah semua itu bisa menyelesaikan masalah?
Dan apa yang simple, seperti menutup mata, tidak menjadi simple lagi.
Ini menurut beberapa sumber yang saya baca untuk melengkapi tulisan ini. Beberapa cara dibawa ini membantu saya, semoga juga bisa membantu anda.

Tidak ada komentar:

Entri Populer